Seorang perempuan paruh baya menenteng eumpang caroek , tas kecil yang terbuat dari sulaman daun ibôh berdiri persis di sebelah kanan tangga pintu depan pendopo. Ia bersahaja, menutup kepalanya dengan lilitan selendang batik yang juga membalut separuh badannya. Di belakangnya ada beberapa perempuan lain yang rata-rata sebaya dengannya. Ada sekira lima belas orang, sebagian mereka berjongkok di atas tanah, saling berbicara. Mereka reflek bangun ketika melihat orang yang mereka tunggu muncul dari pintu utama, penuh wibawa yang membuat mereka yakin inilah pemimpin mereka yang baru. Lelaki itu melihat sekilas ke arah mereka untuk sadar situasi, lalu melanjutkan sisa pembicaraan dengan tamunya sambil melepas mereka pamit. Perempuan pertama di dekat tangga dengan semangat menunggu pembicaraan itu selesai. Tak lama, ia memanggil Bapak kepada lelaki itu, beberapa detik usai ia melepas salaman pamit tamunya. Ia menoleh dengan ramah, menuruni anak tangga dan menghampiri perempuan-per...